Apa itu bonsai
Kata “Bon – Sai” adalah sebuah istilah Jepang, yang bila diterjemahkan secara harfiah, berarti “ditanam dalam pot”. Seni berasal dari praktek penanaman Tiongkok kuno, yang sebagian kemudian berkembang dengan pengaruh dari Agama Buddha Zen Jepang

Ini sudah berjalan selama lebih dari 1000 tahun. Tujuan utama dalam menanam Bonsai adalah menciptakan sebuah tanaman kerdil tetapi secara jelas menggambarkan keadaan di alam bebas dari sebuah pohon. Bonsai bukan sebuah tanaman yang secara genetik kerdil, tetapi bisa dari semua jenis pohon.
Apa sih sebenarnya sebuah bonsai?
Teknik seperti mencabut tunas, memangkas dan mengawati cabang-cabang, dan perhatian dalam membatasi pertumbuhan, tetapi dengan tidak melalaikan pemberian pupuk untuk membatasi dan mengarahkan pertumbuhan pohon yang sehat. Umumnya dijaga sehingga tinggi pohon tidak lebih dari 120 cm, walau Bonsai secara genetis bukan pohon yang aslinya kerdil. Namun pohon dengan daun yang kecil akan membuat komposisi dalam perencanaan Bonsai lebih mudah tercapai. Sebenarnya semua jenis tanaman yang berbatang kayu dan bercabang dan ranting bisa tumbuh dengan baik dalam pot yang membatasi perkembangan akar ataupun jumlah makanan yang tersedia, dan memiliki daun yang lebih kecil atau bisa mengecil bisa dipakai untuk dibentuk sebagai sebuah Bonsai.
Pandangi pohon, semak belukar, pohon pelindung, pagar hidup di halaman, taman, tempat parkir , tanaman di toko tanamanatau di taman liar – sebenarnya bisa merupakan bahan awal untuk Bonsai anda. Pengambilan tanaman tersebut dengan hati-hati di musim penghujan atau saat tanaman sedang beristirahat bisa diambil dengan izin yang diperlukan, anda bisa memulai koleksi anda. Kebanyakan tanaman lokal bisa ditanam di ruangan; tanaman dari daerah empat musim paling tidak membutuhkan perlindungan dari cuaca panas daerah tropis. Dalam petunjuk pemanduan jenis jenis pohon anda bisa menemukan cara perawatan khusus dari tiap jenis tanaman.
Bonsai yang dijual di pasar, Jepang.

Lukisan dinding makam Pangeran Zhang Huai (706 M), dengan pohon mini. Sumber: Universitas Ritsumeikan